Cari Blog Ini

Senin, 21 Mei 2012

SuamiKU

SUAMI, engkau bukanlah Yusuf yang rupawan
Engkau bukan sulaiman yang bijaksana
Engkau juga bukan seperti Yazid panglima perkasa
Apalagi seperti Rasulullah yang memiliki cinta dan sayang sejati untuk istri-istrinya.

Tetapi engkau hanya seorang hamba
Yang harus menjaga keluarga
Yang harus mengerti wanita
Dan bukan hanya untuk berfoya-foya asmara atas nama sunnah
Namun harus bertanggung jawab menghantarkan sampai pintu surga terbuka.

BANYAK wanita berandai-andai ingin mendampingi suaminya sepenuh hati, padahal ia tak paham bahagimana tipology seorang suami yang ia juga seorang laki-laki. Bila wanita ingin memiliki hati, ingin berbagi, ingin berada pada kasih sayang suaminya. Ia harus mendalami tipology seorang laki-laki.

Bukan untuk menundukkan, bukan pula ingin menjinakkan laki-laki dipelukan wanita. Namun ini bagian dari tips agar keluarga bahagia karena saling mengenal pasangan yang ada.

1. Hidup Laki-laki Lebih Mudah :
Laki-laki lebih mudah cara hidupnya berbanding wanita. Kerana itu, laki-laki sukar untuk memahami jika sesuatu perkara itu disampaikan dalam bentuk kiasan ibarat oleh wanita. Wanita suka mengkias ibarat dan berharap laki-laki faham, tetapi laki-laki lebih suka jika ia dijelaskan dengan bahasa yang mudah dan jelas, secara berterus-terang. Sekiranya wanita tidak jelas mengenai sesuatu perkara, tanyalah secara terbuka kepada laki-laki.

2.Laki-laki Menggunakan Bahasa Yang Berbeda :
Laki-laki berbicara dengan bahasa yang berbeda. Ini yang menyebabkan laki-laki dan wanita sukar berkomunikasi antara satu sama lain. Apa yang dikatakannya kadang kala berbeda dengan apa yang dikehendakinya. Ini bukan berarti dia berbohong. Maka adalah lebih baik bagi wanita untuk memahami laki-laki dari apa yang dilakukannya berbanding dari apa yang dikatakannya. Karena laki-laki tak terbiasa menggunakan bahasanya sebagai kiasan seperti apa yang dilakukan wanita terhadapnya. Laki-laki banyak

3. Laki-laki Suka Membisu
Wanita bila ada masalah, bila senang lebih banyak menggunakan bahasanya untuk kondisi hatinya. Wanita sering membicarakan hal-hal yang sensitif pada pasangan dan sahabatnya. Sedangkan laki-laki lebih suka untuk menyembunyikan masalahnya dan lebih suka membisu.

4. Laki-laki ITU SIMPLE
Jika terdapat semua tanda yang menunjukkan bahawa seseorang laki-laki hanya mau wanita menjaganya, menata rumah rumah, menyediakan makanan untuknya dan melakukan hubungan suami istri secara kontinyu dengannya, wanita harus percaya babawa itulah yang laki-laki tersebut mau. Ini bukan berarti laki-laki berfikir secara primitif, tetapi laki-laki memang sedemikian. Wanita biasa menganggap laki-laki sebagai individu yang serba ingin berlebih, tetapi sebenamya kehendak laki-laki adalah simple.

5. Jangan Paksa Laki-laki
Banyak kehendak wanita, ingin dimanja ingin diperhatikan dan ingin disayang adalah hal yang lumrah. Tetapi untuk mewujutkan hal ini pada suami (laki-laki) tentu tidak semuda yang dibayangkan wanita. Justru kehendak wanita itu banyak gagal karena MEMAKSAKAN kehendak pada laki-laki. Laki-laki tidak biasa dipaksa, ia lebih suka melaksanakan apa yang ia kehendaki daripada melakukan pekerjaan yang dipaksakan kepadanya. Oleh sebab itu RAYULAH, kelemahan lelaki adalah DITELINGANYA, bila mendapatkan rayun mendayu maka hati akan bergetar, saat itulah sampaikan apa yang menjadi kehendak wanita.

6. RAHASIA LAKI-LAKI ADA PADA SAHABAT LAKI-LAKINYA
Tidak sebagaimana wanita yang lebih mudah untuk bercerita dengan wanita yang lain mengenai masalah, harapan dan kebimbangan yang amat rahasia dan peribadi, adalah sukar bagi laki-laki untuk menceritakan segala masalah pribadinya kepada orang lain. Laki-laki sangat selektif untuk menceritakan apa yang dialaminya termasuk RAHASIANYA hanya untuk SAHABAT LAKI-LAKINYA. Maka bila ada sesuatu yang ingin diketahui istri, carilah informasi kepada SAHABAT LAKI-LAKI suami.

Sabtu, 19 Mei 2012

MENGUSAP JILBAB KETIKA BERWUDHU, BOLEHKAH?

Share Oleh : Ummu Isma'il
Muroja’ah: Muhammad Abduh Tuasikal

Seringkali seorang muslimah berjilbab merasa kesulitan jika harus berwudhu di tempat umum yang terbuka. Inginnya berwudhu secara sempurna dengan membasuh anggota wudhu secara langsung. Akan tetapi jika hal itu dilakukan maka dikhawatirkan auratnya akan terlihat oleh orang lain yang bukan mahram. Karena anggota wudhu seorang wanita muslimah sebagian besarnya adalah aurat, kecuali wajah dan telapak tangan menurut pendapat yang rojih (terkuat). Lalu, bagaimana cara berwudhu jika kita berada pada kondisi yang demikian?
Saudariku, tidak perlu bingung dan mempersulit diri sendiri, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kemudahan dan keringanan bagi hamba-Nya dalam syari’at Islam ini. Allah Ta’ala berfirman,

يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“…Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (QS. Al Baqarah: 185).

Pada bahasan kali ini, kita akan membahas mengenai hukum wudhunya seorang muslimah dengan tetap mengenakan kerudungnya. Semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan.

Seorang wanita boleh berwudhu dengan tetap memakai kerudungnya
Terkait wudhunya seorang muslimah dengan tetap memakai kerudung penutup kepala, maka diperbolehkan bagi seorang wanita untuk mengusap kerudungnya sebagai ganti dari mengusap kepala. Lalu apa dalil yang membolehkan hal tersebut? Dalilnya adalah bahwasanya Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dulu pernah berwudhu dengan tetap memakai kerudungnya dan beliau mengusap kerudungnya. Ummu Salamah adalah istri dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka apakah Ummu Salamah akan melakukannya (mengusap kerudung) tanpa izin dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?[1] Apabila mengusap kerudung ketika berwudhu tidak diperbolehkan, tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan melarang Ummu Salamah melakukannya.

Ibnu Mundzir rahimahullah dalam Al Mughni (1/132) mengatakan, “Adapun kain penutup kepala wanita (kerudung) maka boleh mengusapnya karena Ummu Salamah sering mengusap kerudungnya.”

Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri pernah berwudhu dengan mengusap surban penutup kepala yang beliau kenakan. Maka hal ini dapat diqiyaskan dengan mengusap kerudung bagi wanita. Dari ‘Amru bin Umayyah radhiyallahu ‘anhu, dari bapaknya, beliau berkata,

رأيت النبي صلّى الله عليه وسلّم، يمسح على عمامته وخفَّيه

“Aku pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian atas surbannya dan kedua khufnya.”[2]

Juga dari Bilal radhiyallahu ‘anhu,

أن النبي صلّى الله عليه وسلّم، مسح على الخفين والخمار

“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap kedua khuf dan khimarnya.”[3]

Dalam kondisi apakah seorang wanita diperbolehkan untuk mengusap kerudungnya ketika berwudhu?
Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah berkata, “(Pendapat) yang masyhur dari madzhab Imam Ahmad, bahwasanya seorang wanita mengusap kerudungnya jika menutupi hingga di bawah lehernya, karena mengusap semacam ini terdapat contoh dari sebagian istri-istri para sahabat radhiyallahu ‘anhunna. Bagaimana pun, jika hal tersebut (membuka kerudung) menyulitkan, baik karena udara yang amat dingin atau sulit untuk melepas kerudung dan memakainya lagi, maka bertoleransi dalam hal seperti ini tidaklah mengapa. Jika tidak, maka yang lebih utama adalah mengusap kepala secara langsung.”[4]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, “Adapun jika tidak ada kebutuhan akan hal tersebut (berwudhu dengan tetap memakai kerudung -pen) maka terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama (yaitu boleh berwudhu dengan tetap memakai kerudung ataukah harus melepas kerudung -pen).”[5]
Dengan demikian, jika membuka kerudung itu menyulitkan misalnya karena udara yang amat dingin, kerudung sulit untuk dilepas dan sulit untuk dipakai kembali, dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk membuka kerudung karena dikhawatirkan akan terlihat auratnya oleh orang lain, atau udzur yang lain, maka tidaklah mengapa untuk tidak membuka kerudung ketika berwudhu. Namun, jika memungkinkan untuk membuka kerudung, maka yang lebih utama adalah membukanya sehingga dapat mengusap kepalanya secara langsung.

Tata cara mengusap kerudung
Adapun mengusap kerudung sebagai pengganti mengusap kepala pada saat wudhu, menurut pendapat yang kuat ada dua cara[6], diqiyaskan dengan tata cara mengusap surban, yaitu:

Pertama: Cukup mengusap kerudung yang sedang dipakai
Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin Umayyah radhiyallahu ‘anhu dari bapaknya,
“Aku pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian atas surbannya dan kedua khufnya.”

Surban boleh diusap seluruhnya atau sebagian besarnya.[7] Karena kerudung bagi seorang wanita bisa diqiyaskan dengan surban bagi pria, maka cara mengusapnya pun sama, yaitu boleh mengusap seluruh bagian kerudung yang menutupi kepala atau boleh sebagiannya saja. Akan tetapi, jika dirasa sulit untuk mengusap seluruh kerudung, maka diperbolehkan mengusap sebagian kerudung saja yaitu bagian atasnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ‘Amr bin Umayyah radhiyallahu ‘anhu di atas.

Kedua: Mengusap bagian depan kepala (ubun-ubun) kemudian mengusap kerudung
Dari Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu,

أن النبي صلّى الله عليه وسلّم، توضأ، ومسح بناصيته وعلى العمامة وعلى خفيه

“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu mengusap ubun-ubunnya, surbannya, dan juga khufnya.”[8]

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata,

رأيتُ رسولَ اللّه صلى الله عليه وسلم يتوضأ وعليه عمَامة قطْرِيَّةٌ، فَأدْخَلَ يَدَه مِنْ تحت العمَامَة، فمسح مُقدَّمَ رأسه، ولم يَنْقُضِ العِمًامَة

“Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu, sedang beliau memakai surban dari Qatar. Maka beliau menyelipkan tangannya dari bawah surban untuk menyapu kepala bagian depan, tanpa melepas surban itu.” (HR. Abu Dawud)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Jika seorang wanita takut akan dingin dan yang semisalnya maka dia boleh mengusap kerudungnya. Karena sesungguhnya Ummu Salamah mengusap kerudungnya. Dan hendaknya mengusap kerudung disertai dengan mengusap sebagian rambutnya.”[9]
Maka diperbolehkan bagi seorang muslimah untuk mengusap kerudungnya saja atau mengusap kerudung beserta sebagian rambutnya. Namun, untuk berhati-hati hendaknya mengusap sebagian kecil dari rambut bagian depannya beserta kerudung, karena jumhur ulama tidak membolehkan hanya mengusap kerudung saja, sebagaimana diungkapkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari.[10]

Syarat-syarat mengusap kerudung
Para ulama berselisih pendapat tentang syarat-syarat mengusap penutup kepala (dalam konteks bahasan ini adalah kerudung). Sebagian ulama berpendapat bahwa syarat-syarat mengusap penutup kepala sama dengan syarat-syarat mengusap khuf (sepatu). Perlu diketahui bahwa di antara syarat-syarat mengusap khuf adalah khuf dipakai dalam keadaan suci dan batas waktu mengusap khuf adalah sehari semalam untuk orang yang mukim dan tiga hari tiga malam untuk musafir.

Sebagian lagi berpendapat bahwa syarat-syarat mengusap kerudung tidak dapat diqiyaskan dengan persyaratan mengusap khuf. Mengapa demikian? Meskipun sama-sama mengusap, tetapi mengusap kerudung merupakan pengganti dari mengusap kepala yang mana kepala merupakan anggota wudhu yang cukup dengan diusap, sedangkan mengusap khuf merupakan pengganti dari mengusap kaki yang mana kaki merupakan anggota wudhu yang dibasuh/dicuci.

Oleh karena itu tidaklah disyaratkan untuk memakai penutup kepala dalam keadaan suci dan tidak ada batasan waktu, dan inilah pendapat yang lebih kuat, in syaa Allah. Mereka berpendapat karena dalam hal ini tidak ada ketetapan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai batasan waktunya. Kapan pun seorang wanita muslimah memakai kerudung dan berkepentingan untuk mengusapnya ketika berwudhu maka ia boleh mengusapnya, dan bilamana ia bisa melepas kerudungnya ketika berwudhu maka ia mengusap kepalanya, dan tidak ada batas waktu untuk hal tersebut. Namun, untuk lebih berhati-hati hendaknya kita tidak memakai penutup kepala kecuali dalam keadaan suci.[11]Wallahu a’lamu..

lipstick anti umpat

Diriwayatkan oleh Abu Ummah al-Bahili, di akhirat seorang terkejut besar apabila melihat catatan amalan kebaikan yang tidak pernah dilakukannya di dunia. Maka, dia berkata kepada Allah

"Ya Tuhanku, dari manakah datangnya kebaikan yang banyak ini, sedangkan aku tidak pernah melakukannya". Maka Allah menjawab: "Semua kebaikan itu (pahala) datangnya dari orang melakukan umpatan kepada engkau tanpa engkau ketahui".

Sabda Rasulullah:

"Wahai orang beriman dengan lidahnya tetapi belum beriman dengan hatinya! Janganlah kamu mengumpat kaum Muslim, dan janganlah kamu mengintip keaiban mereka. Sesungguhnya, siapa yang mengintip keaiban saudaranya, maka Allah akan mengintip keaiban, dan dia akan mengungkapkannya, meskipun dia berada dalam rumahnya sendiri "
(HR. Abu Daud).

Basahkanlah Bibir dan Lidahmu dengan Zikir sehingga tidak ruang untuk mengumpat.

ويل لكل همزة لمزة

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela
(Surah Al-Humazah 104: Ayat 1 by beibz jelita

Jumat, 18 Mei 2012

Talk Less Do More

Barakallahu laka... Selamat menjalankan amanah baru dalam dakwah kampus Udayana:
1. Akhi Andri Nurmansyah (FMIPA’09) sebagai Ketua Umum UKKI FPMI UNUD 2012/2013
2. Ukhti Dini Indriani (FKU’10) sebagai Ketua Akhwat UKKI FPMI UNUD 2012/2013.

Ketika mendapat amanah baru, disadari atau tidak, akan ada perubahan yang terjadi pada diri kita: popularitas, kesibukan, kewibaan, dan sebagainya. Tapi itulah proses yang harus antum hadapi bukan malah melarikan diri karena tak siap dengan keadaan itu. Menjadi populer tidak selamanya merupakan bencana. Semakin terkenal semakin mudah memberi warna (Islami) pada sekitar antum. Semakin sibuk semakin menghargai waktu. Semakin berwibawa semakin menaikkan izzah Islam.

Wahai para pemimpin, berkorbanlah secara totalitas, sampai titik nadir, sampai antum tidak lagi merasakan kebosanan, maka Allah akan membalas dengan totalitas pula. Antum berkorban 1 hal, Allah akan membayar 10 bahkan lebih. Lihat saja, dan itu nyata. Yakinlah!

At least, untuk semua pengurus UKKI FPMI UNUD periode 2012/2013, apapun jabatan antum di organisasi ini: TALK LESS, DO MORE. Karena “leadership is not position, but an action”! mediaQ

Sedekah

Tersebutlah sebuah kisah, Imam Mubarak bin Abdullah rahimahullah bersama para sahabatnya melakukan perjalanan untuk menunaikan ibadah haji. Di tengah perjalanan, burung yang menjadi bekal makanan mereka tiba-tiba mati. Imam Mubarak pun meminta untuk membuang bangkai burung tersebut ke tempat sampah. Ketika akan melanjutkan perjalanan, Imam Mubarak yang saat itu berada di belakang rombongan, melihat seorang gadis kecil mengambil bangkai burung dari tempat sampah, kemudian berlari menuju sebuah rumah. Imam Mubarak tertegun, kemudian dihampirinya rumah yang dimasuki gadis kecil itu.
Ditanyanya gadis kecil itu, ”Kenapa kamu mengambil bangkai burung itu?”
”Kami tidak mempunyai makanan apapun, kecuali yang orang buang di tempat sampah itu,” jawab gadis kecil itu. ”Sudah beberapa hari ini kami menghalalkan makanan yang telah menjadi bangkai,” tambahnya.
Imam Mubarak terkejut, dipanggilnya para sahabatnya seraya bertanya, ”Berapa total uang yang kita bawa?”
Mereka menjawab sekitar seribu dinar.
”Sisakan 20 dinar untuk perjalanan pulang, selebihnya berikan pada anak ini.” perintah Imam Mubarak. Rombongan itu akhirnya kembali pulang, tidak melanjutkan perjalanan haji mereka.
Sobat,
Ini kisah ratusan tahun silam. Kisah Imam Mubarak yang begitu pemurah, tanpa pikir panjang menginfakkan hampir seluruh hartanya untuk menolong keluarga gadis kecil itu. Kini, di negeri kita, mungkin banyak yang memiliki nasib seperti gadis kecil itu. Banyak pula yang memiliki rizki melimpah seperti halnya Imam Mubarak. Namun, hanya jiwa yang betul-betul pemurah yang mau merelakan sebagian rizkinya ke tangan yang papa. Dan setan menghembuskan banyak kekhawatiran ke dalam jiwa manusia untuk menghalangi itu semua. Sebagaimana tertera dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 286, ”Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir).
Memang begitulah tabiat setan, melancarkan berbagai tipu daya agar kita kikir dan enggan bersedekah, seraya senantiasa mendorong kita untuk memboroskan harta, menghabiskannya untuk kemaksiatan dan dosa. Tipu daya setan sangatlah hebat. Semoga kita tidak termasuk yang terpedaya oleh bisikan setan.
Sedekah = Banyak manfaat
Sobat,
Andai banyak dari kita yang mengetahui bahwa beragam manfaat akan kita dapatkan dari sedekah. Seperti yang dikisahkan dalam buku Quantum Sedekah karya Ustadz Yusuf Mansur, Nabi Ibrahim a.s. didatangi malaikat yang memberitahu bahwa sahabatnya yang akan menikah esok, akan meninggal sebelum pagi datang. Nabi Ibrahim a.s. terkejut, namun tak ingin memberitahukan pada sahabatnya itu. Esoknya, ternyata si sahabat masih hidup dan meninggal pada usia 70 tahun. Nabi Ibrahim a.s. menanyakan perihal ini ke malaikat, malaikat pun menjelaskan bahwa sahabat Nabi Ibrahim a.s. itu telah mensedekahkan separuh hartanya di malam menjelang pernikahannya.
Kematian memang di tangan Allah. Dan menjadi hak Allah pulalah untuk memajukan dan memundurkannya. Satu pelajaran yang dapat dipetik dari kisah tersebut, Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. Jadi, bila ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah… sedekah.
Bagi kita yang beriman, tentu teramat sadar akan kekuatan dari sedekah. Selain meperpanjang umur, sedekah juga mampu menolak bencana, mengatasi kesulitan,  dan mengobati berbagai macam penyakit, sebagaimana Rasulullah Saw. yang mengajarkan kita agar bersegera dalam bersedekah,  sebab  yang namanya bala tidak pernah  mendahului sedekah. Rasululullah Saw. juga memerintahkan agar “membeli” semua  kesulitan kita  dengan sedekah dan agar kita menjadikan sedekah sebagai obat dari penyakit-penyakit kita. Jadi, jangan banyak berpikir. Bersedekahlah! Keluarkan hartamu maka kelak kau akan temukan banyak manfaat.
Sedekah =  Jalan hidup lebih mudah
Dalam Q.S. Al-Lail ayat 5—7, Allah SWT berfirman, ”Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
Sobat,
Indah sekali potongan Surat Al-Lail tersebut. Dalam tafsir Fi Zhilaalil Qur’an karya Sayyid Quthb diterangkan, ”Orang yang memberi, bertakwa, dan membenarkan pahala yang terbaik, sesungguhnya dia telah melakukan upaya optimal untuk membersihkan jiwanya dan membimbingnya. Saat itulah ia berhak mendapatkan pertolongan dan taufiq Allah yang telah ditetapkan atas diri-Nya sendiri dengan kehendak dan kemauan-Nya. Tanpa pertolongan dan taufik dari-Nya tidak akan ada sesuatu yang terjadi, dan manusia tidak akan mampu melakukan sesuatu.”
Pertolongan serta kemudahan dari Allah, itulah yang selalu kita harapkan. Siapa sih yang tak ingin mendapat pertolongan “live dari Allah? Cukup dengan pertolongan Allah, segala urusan hidup kita akan berjalan mudah, dan sedekahlah yang menjadi jalan untuk mencapainya.
Karena harta kita bukanlah milik kita seutuhnya
Sobat,
Perlu kita pahami di sini, bahwa harta kita semata-mata milik Allah. Kita hanya sebagai penerima amanah Allah ini. Ia berhasil kita peroleh, bukan karena hasil jerih payah, kepandaian, atau keberuntungan kita, tetapi karena Allah memberikan sedikit kasih sayang-Nya pada kita. Janganlah seperti Qarun yang dengan angkuhnya berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. (Q.S. Al-Qashash:78)
Penting untuk kita renungkan, harta yang kita belanjakan untuk kehidupan dunia pasti akan habis tak berbekas sedangkan harta yang disedekahkan di jalan Allah, itulah yang kekal.
Rasulullah Saw. bersabda, “Adakah hartamu hai anak Adam, kecuali yang telah kamu belanjakan untuk makan atau membeli sandang lalu kumal, atau sedekahkan lalu kamu tinggalkan.” (HR. Muslim) Semoga Allah SWT senantiasa melapangkan rizki  kita dan memberikan kekuatan serta jiwa pemurah  pada diri kita untuk bersedekah di jalan Allah SWT .
Berlombalah
Karena dunia adalah arena pertarungan.
Oleh : Rustikawati